F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Paskah. Show all posts
Showing posts with label Paskah. Show all posts

0 Kubur Dijaga Pasukan Bersenjata, Kebangkitan Kristus


Oleh: Martin Simamora

Sesudah Tiga Hari Aku Akan Bangkit

1.Kebangkitan Yang Diantisipasi Oleh Pasukan Bersenjata
Kematian dan penguburan Yesus seharusnya hal yang sangat biasa-biasa saja karena dalam pengadilan bersifat eksaminasi atas setiap klaim-klaim divinitas dan kuasa-kuasa ajaib nampak tak dijawab dan dilakukan sang Mesias. Mari kita mengingat kembali:
Markus 15:29-30 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"

Markus 15:31-32Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

Bagi kebanyakan orang, pada hari pengadilan dan penyaliban sang Kristus Nampak jelas telah menjadi pengetahuan publik terkait apakah saja yang menjadi sentral ajaran sang Kristus dan siapakah ia dalam persepsi umum, jika demikian, seharusnya. Kalau kita mengamati apa yang tercatat dalam Markus 15:29-30 jelas sekali bahwa tak ada yang memahami hingga saat itu, apakah maksud pernyataan sang Kristus di bait Allah setelah kemurkaannya yang berbunyi: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yohanes 2:19) sebagai jawaban atas tuntutan orang-orang Yahudi yang menuntut bukti yang memberikan dasar kokoh baginya untuk bertindak semacam ini: “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya” (Yohanes 2:15). Tak ada satupun yang dapat memahami apakah yang benar-benar akan terjadi kala “dalam 3 hari bait suci itu benar-benar akan dibangunnya kembali.” Sebab jika benar memahaminya maka tidak mungkin akan berkata “turunlah dari salib itu dan selamatkanlah diri-Mu.” Kalau saja mereka benar memahaminya maka seharusnya inilah awal momen pembuktian dan penantian bagi siapapun bahwa ia benar-benar akan bangkit sebagaimana sang Kristus telah menyatakan bukti kemesiasannya.

Pun demikian, jika saja para imam memahami siapakah Yesus maka pasti tak akan terlontar dari mulut mereka perkataan semacam ini:” turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya”. Seperti telah saya nyatakan dalam serangkaian artikel belakangan ini, kemesiasan  Yesus dalam ekspektasi mesianik para imam dan juga orang-orang Yahudi adalah kemesiasan yang mampu menaklukan penguasa-penguasa dunia sehingga tegaklah pemerintahan mesianik berdasarkan pertarungan militeristik atau fisik yang akan disokong oleh rakyat jika saja mesias mau memimpin mereka. Ini tepat seperti diindikasikan oleh para murid kepada mesias mereka: “Kata mereka: "Tuhan, ini dua pedang." Jawab-Nya: "Sudah cukup." (Lukas 22:38)”. Tidak ada yang memahami selain pemahaman bahwa mesias seharusnya adalah semacam tokoh politik divinitas yang dapat menjadi pembebas mereka dari ketakadilan dunia, menegakan kembali kejayaan bangsa dan negara Yahudi dihadapan adidaya Romawi. Mesias seharusnya Raja Israel dalam balutan kekuatan politik dan militer. Bagi mereka, Yesus memiliki kapasitas dan kuasa dan itu yang dikehendaki.

0 Inilah Anak yang Kukasihi, Dengarkanlah Dia



Oleh: Martin Simamora


Mereka Mempersoalkan Di Antara Mereka Apa yang Dimaksud Dengan "Bangkit Dari Antara Orang Mati”



 (Catatan Kecil nan Penting terkait siapakah Yesus dan Kebangkitannya dari Antara Orang Mati)


Apakah yang ada dalam benak dan menjadi pengharapan para muridnya ketika beberapa diantara mereka dilibatkan dalam sebuah momentum yang megah dan penuh kegemilangan yang semacam ini:

▀Markus 9:2-3 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.

Mengalami Yesus berubah rupa di depan mata mereka akan menjadi pengalaman yang sangat berkesan dan membangkitkan pengharapan mesianik untuk mencapai kulminasi bahwa tidak akan pernah ada satu manusia dalam segenap lintasan waktu yang akan datang  adalah mesias sejati. Yesus berubah rupa merupakan pengalaman indrawi visual yang tidak mudah untuk  menggambarkan kemegahannya seperti apa. Namun jelas kemegahannya terlalu sukar untuk dapat dipotret secara jitu ke dalam kata-kata, tak akan mampu kata-kata manusia sama baiknya dengan mata menangkapnya untuk dirasakan oleh jiwa. Dan begitulah kata-kata begitu sukar untuk memotretkannya bagi yang tidak melihatnya, tetapi cukup memadai untuk mengatakan bahwa “Yesus berubah rupa” menunjukan betapa Ia sungguh mahamulia: “pakaiannya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.

Itu  bukan satu-satunya pengalaman indrawi visual pertama, ada satu lagi dan inilah yang akan menunjukan kepada murid-muridnya bahwa kemuliaan dirinya, siapakah dirinya dan apakah tujuan kedatangannya tak akan pernah dapat ditangkap oleh pengalaman indrawi visual dan pengertian mereka akan apakah kehendak Allah di dalam dan melalui Sang Mesias itu. Perhatikanlah peristiwa berikutnya:

▀Markus 9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.

0 Bukan Semata Kebangkitan dari Antara Orang Mati

Oleh: Martin Simamora

Tetapi Kita Beroleh Kebangkitan dari Antara Orang Mati Sebagai Orang yang Mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan Persekutuan Dalam Penderitaan-Nya

Dalam Pemikiran Sang Kristus

Mengapa dan apakah tujuannya sehingga harus terjadi sebuah peristiwa kematian dan kebangkitan  Yesus Sang Kristus?  Dalam  lingkup situasi yang demikian, menjadi sangat penting  bagi setiap orang yang mempercayai Yesus Sang Kristus sebagai Sang Juruselamat yang mengerjakan keselamatan dari Allah itu didalam dan melalui kematian di Salib dan kebangkitannya, untuk melihat sejauh apakah peristiwa itu merupakan hal yang sungguh menjadi pemikiran tertinggi Sang Mesias itu sendiri. Mari kita perhatikan  catatan yang diajukan oleh Injil Markus berikut ini:

▀Markus 8:27-32 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang

Sang Mesias harus mendeklarasikan siapakah dirinya dan apakah tujuan kedatangannya. Ia memulai hal ini sebagai sebuah pengajaran yang terpenting. Ini adalah pengajaran tentang Siapakah dirinya. Maka pertanyaan yang diajukan Sang Mesias adalah: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Apa yang menjadi pondasi pengajaran Yesus adalah siapakah dirinya  adalah sebagaimana  yang dijawab Petrus: Engkau adalah Mesias!  Ini  adalah jawaban yang sangat penting terkait kebenarannya yang dibenarkan oleh Sang Mesias dalam sebuah peringatan agar kebenaran ini tidak disebarluaskan, Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.

0 Ketika Dalam Kematian Telah Lahir Kehidupan:


Oleh: Martin Simamora


Aku Ini... , Bukan Hantu


Betapa kemudian, kerasnya fakta kematian di tangan Yesus bagi manusia-manusia itu tak stop di kubur, sementara kubur adalah fakta kematian dan bukan konsepsi belaka. Itu sendiri tak mendamaikan manusia sebab pada Yesus di kematiannya sendiri merupakan fakta kematian yang mengalahkan kematian itu sendiri, sementara mustahil bagi manusia untuk mengalahkannya. Pada “Kematian Bukan Dambaan” sudah saya tunjukan.  Saya sekarang akan menunjukan sejenak, bahwa sekalipun semua tahu dan melihat sehingga menjadi peristiwa nasional atas seorang manusia yang  proses kematiannya begitu panjang dan di saksikan oleh lautan manusia dan telah dikonfirmasi dalam mekanisme militer Roma yang seperti ini:

Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.”- Yohanes 19:31-34


Tetap saja menjadi bayang-bayang mencekam bagi para pemimpin agama Yahudi dan penguasa politik setempat.

Yohanes 19:31-34 merupakan mekanisme pembuktian kematian yang sangat cepat namun sangat efektif dalam  tata laksana penentuan kematian seorang terhukum tervalidasi. Kalau kedapatan masih  belum benar-benar mati, maka patahkanlah kakinya. Pada Yesus, pematahan kaki tidak dilakukan karena menurut pengamatan para prajurit Roma, ia memang telah mati sempurna. Tetapi ada satu tindakan yang terlihat non prosedural dilakukan pada Yesus, yaitu: “tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Peristiwa ini tidak dicatatkan sebagai sebuah kelaziman yang dilakukan oleh prajurit Roma dalam menentukan atau memastikan kematian, tetapi dicatatkan oleh Rasul Yohanes sebagai bertemali dengan Kitab Suci bahwa dalam salah satu momen kematian dan momen kesunyian yang begitu senyap [karena kerumunan orang banyak yang berteriak salibkan dia kini mulai surut setelah kemauannya terpenuhi] dinyatakan: “Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."- Yohanes 19:36-37.

Catatan ini sangat penting karena Kitab Suci sendiri hendak menyatakan setidaknya dua hal terkait keotentikan kematian Sang Kristus:

0 Keselamatan Dari Allah Menurut Sang Mesias:

Oleh: Martin Simamora

Bukan Kesempurnaanku Tetapi Kesempurnaan-Nya Yang Menyelamatkanku & Menuntunku Di Jalan Yang Benar

Yesus Sang Mesias ketika disebut sang Juruselamat yang datang dari Allah tidak dapat sama sekali diletakan atau dibingkaikan sebagai sebuah jalan yang berwujud ketentuan-ketentuan atau instruksi-instruksi oral yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh diri manusia itu sendiri sehingga ia dapat memiliki keselamatan dari Allah itu oleh perjuangan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk menjadi diselamatkan atau dilepaskan dari dunia yang dinaungi oleh maut, tidak demikian caranya dari satu-satunya Juruselamat itu. Bahkan bukan sebuah kolaborasi atau korporasi/kerjasama antara Yesus dengan orang-orang yang mau diselamatkan.


Mengapa dikatakan demikian? Hal tunggal saja yang menjelaskannya, yaitu karena mengenai perihal itu ternyata merupakan sebuah perbuatan atau karya yang harus dilakukan pada pihak Allah untuk kepentingan manusia-manusia di dunia manusia sebagai pihak yang berkuasa penuh untuk melakukannya. Ia,Sang Mesias, datang untuk melakukan apa yang dikehendaki Dia yang mengutusnya. Jikapun kita hendak meninjau bahwa keselamatan itu adalah sebuah korporasi yang melibatkan dua pihak yang mana Allah sebagai pemilik kehendak atau pemilik ketetapan dan pada pihak lainnya, manusia sebagai yang harus melakukan apa-apa yang menjadi kehendak dan ketetapan Allah, maka relasi semacam ini atau korporasi semacam ini memang ada bahkan terjadi begitu kokoh, namun pada Allah dan Manusia Yesus Kristus. Ini satu hal yang begitu menonjol dan begitu mudah-seharusnya- kedua mata ini untuk mendapatkan hal tersebut.

Sekarang perhatikan ini: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah” – Yohanes 6:29, maka kita akan berjumpa satu kehendak saja, yaitu yang datang dari  Bapa. Bukan itu saja, dalam apa yang Yesus nyatakan sebagai kehendak Bapa, maka hanya akan dijumpai satu pihak saja yang ditetapkan untuk melakukannya atau pelaksana kehendak, yaitu Yesus Kristus: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia- Yohanes 6:38.” Kita melihat, di sini, ada kehendak Allah terkait kehendak-Nya di bumi yang harus diwujudkan, namun dalam hal ini Allah telah menetapkan tak ada manusia yang dapat melakukan kehendak-Nya sehingga pelaksanaan dan penuntasannya memuaskan  Allah, sempurna. Jika tak ada manusia yang mampu melakukannya dalam pandangan Allah, lalu siapakah yang mampu dan pantas dalam pandangan-Nya? 

0 Menghakimi Keilahian Kristus Dalam Kemanusiaannya:

Oleh: Martin Simamora

Hamba Pilihan Allah Yang roh-Nya Ditempatkan-Nya Diatasnya

(Refleksi berdasarkan firman nabi Yesaya)


Di dalam kemanusiaannya, Kristus menyatakan apa yang bukan hanya tak boleh untuk diucapkan oleh seorang manusia dalam pandangan manusia-manusia, tetapi juga begitu mustahil untuk dikatakan oleh kemanusiaan  lazimnya para manusia.Sebagaimana  terekam dalam episode yang begitu penuh dengan teror dan intimidasi yang datang dari dunia –seorang penguasa dunia:

Lukas 13:31- 33 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.


Dialog ini, mengenai Herodes yang berencana untuk membunuhnya, sebuah keinginan seorang penguasa dunia yang akan begitu sukar untuk ditahan oleh siapapun juga, termasuk Yesus sekalipun, demikianlah pandangan para Farisi terhadap Yesus. Berbicara mengenai seorang penguasa dunia yang diberitakan hendak membunuhnya, Yesus menjawab teror dan intimidasi dalam cara pengunjukan diri sebagai seorang penguasa yang kekuasaannya tidak hanya di dunia ini tetapi di dunia lain yang tak terjamah oleh penguasa dunia yang terhebat sekalipun. Yesus berkata: “katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir Setan,” sebuah penggelaran kekuatan dan kekuasaan yang bukan hanya menggentarkan dunia  realitas manusia tetapi juga realitas yang tak terjamah manusia- Yesus berkuasa atas Setan; Yesus berkuasa mengusirnya sementara para Farisi meminta Yesus pergi segera jika ingin selamat. Yesus juga  menyebut si Herodes sebagai si Serigala, menunjukan bahwa ia tak lebih dari seekor binatang yang tak punya kuasa apapun atas dirinya tanpa dikehendaki Tuhan semesta penciptanya.

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Atas Bumi Di Bawah Langit:

Oleh: Martin Simamora

“Jikalau Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib Itu!”

[Refleksi]
Lukisan Ilustrasi: James Jacques Tissot

Problem terbesar orang-orang Yahudi, tak terselesaikan dengan memastikan kematian Kristus bahkan dalam cara terhina sekalipun. Sebaliknya begitu menggusarkan dan menyusahkan jiwa mereka sekalipun kesengsaraan terkeras telah dapat dieksekusi berdasarkan pengadilan yang dipenuhi dengan muslihat dalam putusan pengadilan atasnya. Ini bukan sekedar kegusaran seperti menantikan sesuatu yang penuh tak kepastian, tetapi kegusaran atas apa yang dikatakan oleh Yesus dalam pernyataan-pernyataan penuh kepastian dan begitu dinantikan oleh dirinya, sementara bagi para pemimpin agama, itu hal yang sungguh menggusarkan dan gila, bahkan untuk sekedar didengarkan. Dan hal itulah yang dihempaskan ke mulut Yesus sementara ia terpaku di atas kayu salib didalam kesekaratan yang tak ada satupun manusia mau menyicipi kesakitan tiada henti tergantung di atas bumi di bawah langit: “selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!- Mat 27:40." Bagi mereka, mustahil Allah membiarkan hal itu  terjadi sebagai sebuah realita. Apakah Allah akan membiarkan Mesias-Nya tewas dalam cara yang begitu menggenaskan, terhina dan bukankah itu bukan kisah yang membanggakan apalagi mendatangkan pemujaan untuk dikisahkan? Kisah suci dari sorga?? Maka jelas “Jika Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib itu” bukan sekedar oposisional pada seorang manusia yang ke-Kristusan-nya sedang dipertanyakan, namun juga sebuah gugatan pada klaim divinitasnya yang berkata “Aku Anak Allah” sementara ia dipajang di atas kayu salib menjulang ke langit, menantikan sebuah peristiwa yang akan menunjukan sungguhkah dikau Anak Allah dan akankah langit akan menjawab dengan malaikat-malaikat sorgawi yang akan membebaskannya?

0 Bukankah Menurut Taurat, Mesias Harus Hidup Selama-Lamanya? Tetapi Mengapa:

Oleh: Martin Simamora

“Ia Diserahkan Kepada Bangsa-Bangsa Yang Tidak Mengenal Allah Untuk Mati?”
(Refleksi)

Ini adalah perkataan Yesus yang berangkali telah terlampau usang di telinga manusia-manusia  yang mengaku pengikut Sang Kristus, sebab terlampau sering didengar dan mungkin di baca, namun malangnya bisa jadi tetap terkurung di dalam ketaktahuan yang begitu kelam dan pekat, seperti yang pernah dialami oleh murid-murid Sang Kristus:

Lukas 18:34 Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan.

Ada 2 vonis yang dipalukan oleh Sang Kristus [tentu saja tak semua orang mengaku Kristen mengakui Yesus adalah Sang Kristus yang datang dari sorga, sebab realitanya ada saja yang menyatakan Yesus bukanlah sebagaimana apa yang dinyatakan olehnya sendiri dan para murid, dan bahkan apapun yang tertulis di dalam apa yang disebut sebagai Alkitab tidaklah menunjukan sama sekali Yesus sekalipun Sang Kristus adalah kebenaran tunggal mengatasi kebenaran-kebenaran dunia], yaitu:

Pertama: Pada dasarnya tak ada bangsa yang mengenal Allah, dan sekalipun para murid adalah murid-muridnya, mengenalnya adalah problem yang tak terpecahkan oleh mereka, bagaimanapun. Sebabnya:“arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka,” sehingga bagaimanapun dekatnya dan intensifnya mereka bersama Yesus, tetap sama sekali tidak mengerti


Kedua: Yesus adalah kebenaran dan kekudusan divinitas yang absolut dan satu-satunya sekalipun dunia memiliki beragam kebenaran atau spiritualitasnya sendiri yang dijunjung. Semua itu tak diakuinya sebab dikatakan “Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah.” Apa yang begitu tajam melawan semua dunia adalah: keterkaitan diri Sang Kristus itu begitu keras dan begitu mengatasi apapun juga kebenaran dan spiritualitas dunia ini, sehingga dinyatakan “bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.”

Sehingga memang yang menjadi tantangan bagi orang-orang yang mengaku pengiman Kristus adalah kepenuhan dirinya untuk menerima bukan saja kedivinitasannya tetapi juga kemutlakan kebenarannya yang mendatangkan penghakiman final terhadap semua ragam kebenaran dan spiritualitas yang ada di dunia ini. Ini keras dan akan dapat menyudutkan siapapun yang mengaku Kristen untuk menjadikan dia sebagai Mahkota pikiranmu atau bukan sekedar  Pakaian diri belaka;  dengan kata lain: Yesus tak pernah menjadi Tuan pikiran atau perspektif atau wawasanmu, sehingga anda tak mampu menjadikan dia sebagai satu-satunya standard kebenaran berpikir kala memandang dunia sementara  bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara penuh saling menghormati dan menghargai eksistensi kemanusiaannya sebagai tetanggamu hingga sebagai sesama anak bangsa

0 Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan

Oleh: Martin Simamora

Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan
(Refleksi)

Sama seperti “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia- Yohanes 3:13,” maka juga Yesus  satu-satunya manusia yang pernah masuk ke dalam dunia maut-mengalami kematian sejati untuk kemudian mengalami kebangkitan kembali [ Ibrani menggambarkannya demikian: “..maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut-Ibrani 2:14-15]. Bahkan Yesus sendiri menyajikan kematiannya yang demikian sebagai sebuah pengajaran yang begitu hakiki dan menjadi tujuan kedatangannya ke dunia: “Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit- Mark 9:31.” Ini bagi siapapun, tak hanya dahulu kala namun kini, akan begitu sukar untuk dimengerti: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya- Mark 9:32” [ didalam catatan Injil Lukas pemberitaan kematian dirinya ditekankan sebagai hal yang tak boleh diperlakukan sambil lalu atau angin lalu saja oleh para murid-murid-Nya, harus mengendap dan tinggal tetap pada permukaan gendang telinga mereka dan pikiran mereka: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia-Luk 9:44, namun sekalipun begitu, merupakan hal yang begitu jauh untuk diselami pikiran manusia walau terpatri  pada permukaan gendang telinga mereka: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya”-Luk 9:45. Hal ini terjadi karena apa sesungguhnya yang terjadi masih merupakan hal yang tertutup bagi mereka-semua manusia].


Ini bukanlah pengajaran rahasia, sebab dalam cara yang berbeda namun kokoh, pun dikemukakan oleh Yesus dihadapan publik:
▌Yohanes 2:18-21 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

▌Lukas 17:25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.

0 Mencari Dan Menakar (Bagaimana) Keselamatan Dari Tuhan:

Oleh: Martin Simamora

Kehendak Allah Versus Pikiran Para Manusia
(Refleksi)
kredit ilustrasi: bethinking.org
Apa yang paling menyolok terkait Yesus kala berinteraksi dengan keragaman pikiran atau pandangan atau nilai atau perspektif atau keyakinan manusia adalah, dia mengetahui segalanya secara sempurna dalam makna yang sangat definitif hingga  bertengger secara kokoh pada poin tak memerlukan verifikasi untuk pemastian akan apakah maksud sesungguhnya yang dimaksudkan para manusia itu; Ia tak memerlukan pandangan ke dua atau ketiga atau  analisa pakar apapun juga untuk menjadi pertimbangan-pertimbangan kritikal bagi dirinya. Ia menempatkan dirinya bukan sekedar tahu akan segala-galanya tanpa sebuah kemelesesatan dalam derajat terkecil sekalipun, tetapi sekaligus ia adalah ultimat atas semuanya, sehingga didalam berinteraksi dengan keberagaman atau kepluralan pandangan akan kebenaran mengenai dirinya dan keselamatan itu tak bersifat dialogis sehingga kebenaran dirinya sendiri beradaptasi dan bertoleransi dengan kebenaran dan nilai divinitas yang diusung manusia-manusia lainnya [memang pandangan publik terhadap Yesus itu sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah kepluralan, namun kebenaran-Nya adalah ketunggalan absolut sekaligus ilahi: “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga- Mat 16:13-17"].

Kemutlakan dirinya dan kebenaran dirinya di hadapan manusia juga disertai kemutlakan dirinya atas semua manusia yang menjamah segala pengetahuan pada semua diri manusia hingga di kedalaman yang begitu tersembunyi pada diri seorang manusia:

Yohanes 2:24-25 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

0 Passover in the Time of Jesus

By: Prof Daniel B.Wallace

Passover in the Time of Jesus
(Reflection)



The following essay is the transcript used in a recent Seder that I conducted with some friends. With a little imagination, you can see how it was implemented.

This evening we will be celebrating the Passover as it was celebrated in the first century A.D. Our records are scanty in some places, but the majority of aspects of the evening are certifiable as authentic at that time. We will not eat gifilta fish, nor have a boiled egg or a bare lamb shank bone on our plates, since this practice does not date back to the time of Jesus.[1] The meal itself will be simple: hors d’oeuvres, lamb, unleavened bread, and wine; the symbolic significance of the meal, however, will be rich and complex. The Passover was a festive occasion—a celebration of the nation’s release from Egyptian bondage. We should celebrate it tonight as Jesus’ disciples did, for only later did they realize the irony of this joyous occasion that pointed to the death of the Messiah.

As we replicate what the Jews of Palestine did at the time of Jesus, try to reflect on what may have been going through the disciples’ minds as well as our Lord’s, as we partake of that last Passover before his death. At certain points we will punctuate the ceremony with references to that Thursday evening of April 2, A. D. 33.[2] At the end of the Passover, we will briefly look at Matthew 26:17-30, 36-45 and a few other verses.

0 Kebencian Tanpa Sebab - 3

Oleh:  Charles H Spurgeon



Kebencian Tanpa Sebab


Mereka membenci Aku tanpa alasan.” – Yohanes 15:25




 Bacalah lebih dulu bagian2


Beberapa orang membuat kebencian-kebencian lainnya karena mereka angkuh. Saya mengenal beberapa orang  yang dapat saya sukai sangat baik jika kekakuan semacam ini sudah tidak ada lagi pada diri mereka. Saya dapat benar-benar bersimpati dengan mereka dan mengagumi mereka andaikan mereka setidak-tidaknya tidak  memandang dirinya berharga untuk dihormati—tetapi mereka terlihat berjalan di dunia ini dengan lagak  yang angkuh! Mereka mungkin tidak angkuh—sepertinya memang sangat tidak angkuh—tetapi, seperti pepatah tua lama berkata, “ Ketika kita melihat  ekor seekor rubah terjulur keluar dari sebuah lubang, kita secara alami mengharap rubah ada disana.” Dan entah bagaimana, pikiran manusia tidak  dapat tahan dengan keangkuhan. Kita selalu  menyepak keangkuhan keluar dari benak kita. Tetapi tidak ada sama sekali hal keangkuhan dalam  Juru selamat kita. Betapa  Dia rendah hati! Mengapa Dia merendahkan diri-Nya pada apa saja! Dia mau membasuh  kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13:5).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9