F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Kematian yang Skriptural. Show all posts
Showing posts with label Kematian yang Skriptural. Show all posts

0 "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"

Oleh: Martin Simamora


Pada Kayu Salib Ia Telah Selesai Menggenapi Segala Sesuatu Yang Dikehendaki Bapa Untuk Dibawanya Masuk Kedalam Kematiannya

1.Penyaliban Kristus
Jika anda berpikir bahwa jikalau Yesus adalah Anak Allah dapat mati adalah sebuah kejanggalan, sebab kok kalau ia  adalah Tuhan bisa mati? Maka judul yang merupakan potret sebuah peristiwa adalah sebuah kejanggalan yang mustahil untuk diterima. Sehingga ketika peristiwa ini terjadi:

Lukas 23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.

Semakin mengokohkan rejeksi atau penolakan kebanyakan orang Yahudi terhadap kemesiasan Yesus.

Perihal ini dalam derajat tertentu sudah dibicarakan secara terus terang sebelum peristiwa kelabu ini terjadi. Tentu setiap pembaca injil yang setia  tidak akan melupakan percakapan dan tanggapan yang menunjukan bahwa jika mesias pada misinya adalah mati di kayu salib jelas bukan mesias sebagaimana yang dapat dipahami oleh para penganut agama yahudi. Perhatikan hal berikut ini:

Yesus membuka sebuah tabir yang menunjukan apakah yang menjadi tujuan atau misi kemesiasannya di bumi ini. Ia membicarakan sebuah kematian, sebuah topik yang  gelap dan kesudahan yang kental dengan kedukaan, kekalahan dan ketiadaan pengharapan. Tetapi tabir yang disingkapkan oleh Sang Kristus bukanlah kematian yang selama ini memperbudak jiwa manusia sedemikian suramnya, sebaliknya dalam kematian itu sendiri, ia tak hanya menaklukannya tetapi dari jantung dunia kematian itu sendiri, Ia pada dirinya sendiri memberikan hidup kepada siapa Ia mau memberikan sehingga manusia-manusia tersebut lepas dari perbudakan dan lepas dari persekutuan kegelapan untuk memiliki persekutuan dengan kehidupan sang Kristus yang menaklukan sang kematian dalam kematiannya. Mari kita memperhatikan ekspresi atau ungkapan  Yesus berikut ini:

Yohanes 12:23-24Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Sejak semula, Yesus sendiri telah mengindikasikan bahwa memang tujuannya adalah kematian. Tetapi yang seperti apakah akan menjelaskan apakah ia sedang membicarakan sebuah fatalisme atau semacam bunuh diri atau kekalahan yang tragis, atau kematian yang bersifat martir  sebagaimana banyak yang disangka atau diduga orang. Apakah hanya setinggi itu nilainya? Atau setinggi-tingginya, kematiannya adalah bukti tertinggi perjuangan Anak Manusia untuk setia dan taat pada kehendak Bapa dengan mematikan ke-aku-annya di kayu salib itu sejak ia nyaris saja gagal disalibkan di Getsemani—karena ia dikira sedang menunjukan kebimbangan yang nyaris membuatnya tergelincir dalam pergumulan hebatnya dalam 3 sesi doa? Demikiankah? Yesus berkata begini: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Ini adalah siapakah Yesus pada hakekatnya sebagai manusia yang dapat mati, bahwa Ia adalah seperti halnya biji gandum, sebuah benih tanaman yang merupakan bahan baku  untuk menghasilkan makanan pokok. Ia adalah pokok kehidupan bagi banyak orang, namun untuk menjadi demikian maka tidaklah berguna jika Ia tetap adalah biji gandum tersebut, dengan kata lain adalah benar bahwa Yesus adalah utusan Allah yang didalam dirinya terdapat hidup  yang dapat memberikan hidup kekal, sebagaimana ia katakana kepada seorang perempuan di perigi/sumur:

Yohanes 4:13-14 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Dan ini adalah siapakah Yesus dengan segenap kuasanya: memberikan hidup yang kekal dalam ia adalah mesias:
Yohanes 4:25-26 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

0 Ketika Tuhan Menuliskan Obituarimu (1)



Tulisan Allah Mengenai Kematian Nabi Musa:
Apakah  Yang Engkau Inginkan Untuk Allah Tuliskan Mengenai Hidup Hingga Pada Hari Kematianmu?
(Ulangan 34:1-12)
Oleh: Steven J.Cole, Th.M


Pengantar
Tetapi pertanyaan  pentingnya  bukan pada bagaimana anda menginginkan keluarga dan sahabat-sahabatmu akan mengenangmu, tetapi ini: “apakah yang akan Allah katakan jika Ia menuliskan obituarimu?” Dalam teks kita, kita membaca obituary yang dituliskan Allah mengenai Musa. Teks ini telah ditambahkan pada waktu setelah kematiannya: (Ulangan 34:10 “Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel”.). Namun  kita tahu bahwa Allah telah menuliskan obituary ini mengenai nabi besar  itu. Pelajarannya bagi saya dan anda:

Karena kita semua akan berdiri dihadapan Allah, kita harus hidup dengan obituari-Nya bagi hidup kita secara konstan dalam memandang hidup ini

Apakah maksudnya dengan kita harus hidup dengan obituary-Nya? Apakah benar Ia ada menuliskan obituari-Nya bagi setiap orang tebusan-Nya? Jawabnya: YA. Dan inilah obituari-Nya:

Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu- Matius 25:21

Akankah Ia menganggukan kepala-Nya dan berkata,” Pekerjaanmu hangus dalam perapian, tetapi oleh anugerah-Ku, masuklah kedalam sorga”:

Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.- 1Korintus 3:15

Atau, akankah Ia mengatakan kata-kata menggentarkan ini:
Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"- Matius 7:23

Obituari Allah mengenai Musa Mengajarkan kita beberapa poin penting bagi kita semua:

0 Meneropong Situasi Dunia Dalam Kematian Yesus & Dalam Yesus Di Dalam Kubur:



Oleh: Martin Simamora

Via Yusuf Anggota Majelis Besar, Pilatus, Pajurit Roma , Imam-Imam Kepala dan Orang-Orang Farisi

Yusuf Anggota Majelis Besar

Setelah kematiannya, semua disergap oleh sebuah kejanggalan yang teramat luar biasa. Ya…kejanggalan yang teramat dahsyat berlangsung setelah Ia mati pada kayu salib itu! Perhatikanlah catatan injil Markus yang merekam secara sangat sempurna kejanggalan yang tak  terpikirkan akan benar-benar terjadi:

▬Markus 15:42-43 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

Bisakah anda memahami  kejanggalan yang harus dihadapinya? Ia yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, kini harus menjumpai Yesus yang selama ini berseru-seru bahwa dirinyalah Kerajaan Allah itu namun dalam keadaan telah menjadi mayat! Kita tahu melalui catatan injil Markus bahwa Yesus adalah Dia yang memberitakan Kerajaan Allah telah datang: “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:14-15). Kita dapat melihat kalau Yusuf yang adalah anggota Majelis Besar yang terkemuka adalah pribadi yang begitu menghormati Sang Mesias, dan salah satu wujud penghormatan terakhir yang dapat dilakukannya adalah tidak membiarkan mayat Yesus tetap mengalami penghinaan yang tiada tara sebagai mayat seorang penjahat yang digantung dan tak satupun yang berkuasa untuk  menurunkannya agar dimakamkan. Itu sebabnya ia memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus! 

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 7-Selesai

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono
(Bagian ini Selesai)


serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah

Bacalah lebih dulu: “bagian sebelumnya

Memperbincangkan kemanusiaan Yesus dalam sudut pandang kemanusiawian setiap manusia yang sejak perjanjian lama dikatakan sebagai kecenderungan hatinya semata-mata berdosa:

Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,- Kejadian 6:5

Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?- Yeremia 17:9

Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.- Roma 1:28-31

Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."- Roma 1:20-23

Maka memang  sangat berdasar bagi siapapun untuk memiliki prasangka alami: jika dikatakan Yesus menjadi sama dengan manusia, maka ia tak terbebaskan dari natur kemanusiaan semua manusia terhadap  kedagingan yang dihidupi oleh pemerintahan maut. Bahkan sangat berdasar dan tak terbantahkan, andaikata saja Alkitab sendiri tidak pernah menunjukan bahwa perjanjian lama, Yesus Kristus, para rasul-Nya tidak menarik garis pemisah yang begitu tajam untuk memisahkan Yesus dari semua manusia pada natur keberdosaan sehingga takluk pada  pemerintahan maut. Andaikan tidak, maka memang Yesus pasti juga merupakan obyek dosa. Tetapi pada Alkitab kita menemukan begitu benderang sebuah garis pemisah yang teramat tajam yang mengakibatkan cara pandang kita terhadapnya harus dilakukan secara berhati-hati supaya tidak dibangun berdasarkan  pemahaman, asumsi dan definisi yang dibangun diatas kemanusiaan setiap manusia yang mengabaikan setiap hal yang ditunjukan Kitab Suci terhadap Yesus. Ini penting! Bukankah Yesus sendiri berkata bahwa Ia  memang adalah Mesias sebagaimana yang dinyatakan Kitab Suci dan Ia melakukan segenap hal yang dinyatakan Kitab Suci, bahkan diujikan pada nabi terakhir perjanjian Lama dan kepada Musa yang telah menuliskan kitab-kitab:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 6

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono



serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah

Bacalah lebih dulu “bagian sebelumnya

Karena itulah, sorotan terkuat dan paling penting terkait relasi Yesus terhadap kematiannya di kayu salib adalah “siapakah” ia menurut Bapa-Nya, bukan menurut pandangan  yang bersifat multipaham pada masyarakat umum di eranya. Hal ini jelas terlihat pada sejumlah momentum penting seperti:

Markus 8:27-30 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.

Tentang siapakah ia menurut banyak orang, akan sangat beragam dan akan sangat relatif, tidak ada kepastian dan tak mungkin menjadi kebenaran definitif. Tetapi Yesus menegaskan bahwa apapun dan bagaimanapun pandangan yang mencuat di kalangan masyarakat mengenai dirinya, ia adalah bukan “ada yang mengatakan”, tetapi ia adalah sebagaimana ia menyatakannya, dan itu adalah kebenaran tunggal. Pada injil Markus, kita melihat beragamnya pandangan orang yang sangat mungkin lahir dari pengalaman dan persepsi selama mendengar perkataan dan melihat berbagai perbuatan Yesus, tetapi hanya ada satu kebenaran yang berdiri di atas diri Yesus sendiri yaitu :”Engkau adalah Mesias! Sementara memang Petrus yang mengatakannya, tetapi validasinya bukan dari Petrus itu sendiri tetapi dari-Nya dengan  memberikan respon “melarang dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.” Di sini  substansinya bukan pada “melarang dengan keras” terkait siapakah dia sebenarnya sementara beragamnya pandangan tentang dirinya, tetapi betapa kebenaran tentang siapakah dirinya hanya bersumber dari dirinya Sang Kristus itu sendiri. Pada Yesus, terhadap murid-muridnya, Ia senantiasa menunjukan bahwa kebenaran sebuah kebenaran terletak atau ditegakan di atas dirinya sendiri sebagai Ia adalah kebenaran yang menyatakan sebuah kebenaran terkait apapun penjelasan terkait dirinya dan terkait ajarannya, sebagaimana terlihat pada interaksi berikut ini:

0 Yesus Kristus adalah Firman yang Menjadi Manusia (Yohanes 1:14)- Bagian 5

Oleh: Martin Simamora

Meninjau Ajaran "Yesus dapat Berdosa Namun Memilih Tidak Melakukannya" sebagaimana  Diajarkan Pdt. Erastus Sabdono

serial menyambut Natal:  Yesus dan relasi kematiannya di kayu salib: Bukan karena Ia telah menjadi manusia berdosa sehingga mengalami maut, dan karena melepaskan haknya sebagai Anak Allah



Apakah yang terlintas dalam benak anda ketika mendengar Yesus Kristus mengalami kematian?  Akan ada yang berkata: jika demikian Yesus adalah Mesias yang berdosa sebab Alkitab berkata upah dosa adalah maut (misal sebagaimana dinyatakan Roma 6:23, sehingga  ia,kalaupun Tuhan, adalah yang berdosa sehingga tidak suci. Sejak era Yesus, kematian pada dirinya adalah sebuah kontroversi:

Yohanes 12:33-34  Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Kematiannya sendiri dalam Pembicaraan Yesus
Ketika kita mencoba memandang Yesus  adalah manusia dan Tuhan yang berdosa berdasarkan fakta Alkitab bahwa ia memang mengalami kematian, maka kita juga harus menerima fakta Alkitab bahwa kematiannya merupakan salah satu topik terpenting yang  tidak hanya dibicarakan secara tertutup tetapi juga secara publik; tidak  semata sebagai sebuah peristiwa di dalam sejarah tetapi juga sebuah peristiwa yang harus terjadi sebab untuk itulah Ia datang, menggenapi apa yang telah dituliskan di dalam Kitab suci. Mari kita membaca pembicaraan-pembicaraan Yesus tersebut:

Pembicaraan kematiannya olehnya sendiri secara publik
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9